Selasa, 17 Februari 2009

aku menulis ini cinta itu palsu

Aku menulis ini
Dikesendirian sunyi malam
Tanpa paksaan siapapun
Tiada dorongan yang disengajakan
Datang tiba-tiba seperti diserang musuh
Tapi aku menikmatinya

Kalimat yang sudah kutulis ini
Kutulis ketika kusendiri disebuah stasiun
Kereta itu belum datang
Tapi banyak yang ingin kuceritakan
Gadis manis itu salah satunya

Demikian puisi yang kutuliskan
Tidak dibawah ancaman bedil atau belati
Tidak dipesan dan tak mau dipesan
Kuperanakkan sendiri dalam rahimku
Lahir pada jadwal yang sudah ditakdirkan
Akulah keluarganya yang akan merawatnya
Ketika mati akulah yang akan semayamkan jasadnya

Ketika gelagat-gelagat itu mulai mendesak kalbu
Sederhana saja, ambil kertas. Jangan secarik ambil sebanyak yang bisa kau kumpulkan. Ambil juga sebatang pensil atau pulpen.
Kemudian tunggu gelagat itu membenturkan dirinya dipintu sukma kalbumu, jangan buat ia menunggu lama, segera buka pintumu kalau perlu semua jendela itu. Nah, biarkan ia melakukan yang hatinya kehendaki. Semua itu indah, maka mahir-mahirlah membaca gelagat, jangan sia-siakan dia. 

Sesudahnya dengan sopan ia akan menutup pintu dan kembali mengembara untuk datang lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, dan lagi. Mengejutkan memang, tegang memang, mendebarkan memang, berisi racun yang manis memang, bertabur kesedihan memang. Secangkir penuh kecewa menguras kolam airmata.

Sesudah kalimat terakhir dibubuhkan. Seperti sejuknya embun pagi, seperti kerongkongan kering disiram air terjun dari sungai yang deras. Dari gurun sahara lompat ketengah antartika. Sebuah lorong telah dilalui. Dari sebuah lorong kelorong yang lain dan dengan janjijanji yang lain. 

  Valentine ANJRIT...ASEM......AAAARRRRRGGHHHH.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar